Jenang alot
Jenang alot buatannya memang mempunyai ciri khas rasa yang berbeda. Terutama dari segi kekenyalan dan kemanisannya.
Jenang dari satu rumah ke rumah lain pasti berbeda, ada yang aroma santannya pekat, ada yang manisnya pekat, ada yang keras ada yang kenyal. Semua tergantung selera. Membuat Jenang itu prosesnya panjang dan lama. Tak ada takaran pasti untuk komposisi bahan. Itulah hebatnya kuliner desa, ukuran komposisi bahan hanya dikira-kira namun menghasilkan hasil yang lezat tak terkira.
Proses panjang membuat Jenang dimulai dari membuat santan. Untuk membuat jenang ada 2 santan yang digunakan, yang pertama adalah santan kanil. Santan kanil adalah santan yang dimasak sampai keluar minyaknya. Sementara yang kedua adalah santan biasa. Pertama adalah memanaskan santan kanil sampai keluar buih minyaknya. Sementara itu beras ketan yang sudah digiling halus menjadi tepung dicampurkan kedalam larutan santan biasa. Setelah santan menjadi kanil, kemudian masukkan campuran tepung ketan – santan tadi kedalam santan kanil tadi.
Beras ketan yang digunakan sebagai bahan Jenang pun beras ketan lokal. Biasanya petani-petani di desa memang menyisihkan sebagian lahannya untuk menanam padi ketan. Misalkan ada 1 petak lahan, dia akan menyisihkan kira-kira seperlima lahannya untuk menanam padi ketan. Padi ketan ini kemudian disimpan untuk cadangan misalkan untuk membuat jenang, tape sampai wajik.
Kembali ke proses membuat jenang, setelah campuran tadi matang benar. Ditandai dengan campuran yang sudah mulai mengental maka dimasukkan gula jawa sebagai bumbu pamungkas, pemanis jenang. Gula jawa tadi tanpa perlu dicacah-cacah, langsung dimasukkan gelondongan. Gula ini akan leleh karena panas dan menyatu dengan ketan dan santan tadi.
Proses terakhir dan yang menentukan dalam memasak jenang adalah proses pengadukan, ini adalah proses paling melelahkan dalam pembuatan jenang dan biasanya dilakukan oleh kaum lelaki. Di desa kami bahkan pengaduk jenang ini adalah orang khusus, tidak bisa orang sembarangan. Proses pengadukan menggunakan tongkat kayu panjang dan berat, selain itu si pengaduk harus kuat berdiri dan mengaduk berjam-jam lamanya dan harus teliti mengatur bara api di tungku kayu.
Untungnya orang-orang desa kami masih penganut fanatik tungku kayu. Untuk olahan kuliner yang bersifat spesial. Orang-orang desa menggunakan tungku sebagai alat masak utama, sementara kompor minyak atau gas hanyalah komplimen. Tungku kayu, menurut orang-orang desa menjamin bahwa panas akan rata lebih cepat sementara masakan akan beraroma lebih kuat dan lezat.
Pengadukan ini dilakukan 8-12 jam, tergantung banyaknya campuran jenang yang akan dibuat. Pengadukan harus dilakukan secara kontinyu agar jenang tetap kental dan tidak mengeras menjadi kerak. Pengadukan juga menjamin bahwa jenang akan menerima panas secara merata dan matang secara sempurna.
Setelah proses pengadukan selesai, biasanya jenang akan berbentuk seperti gumpalan lem raksasa berwarna cokelat. Maka akan diangkat dan ditaruh di baki kayu berukuran besar untuk didinginkan, biasanya akan jenang akan dibentuk menjadi persegi. Bagaimana cara membentuknya? Mudah, tinggal dibentuk karena jenang sifatnya kenyal dan sangat mudah mudah dibentuk.
Proses terakhir adalah mendiamkannya selama 1-2 hari dengan dibungkus sempurna, tujuannya supaya bisa dingin dan mengeras perlahan dengan sempurna. Setelah pendiaman itu, barulah jenang diiris kecil-kecil, dibungkus plastik dan kemudian disajikan di meja tamu untuk santapan lebaran. Penganan legit dan kecil namun perlu perjuangan ekstra besar untuk membuatnya dan tak pernah absen di meja tamu saat lebaran. Itulah seluk-beluk Jenang.
Komentar
Posting Komentar